AISKINDO Perkuat Industri Sistem Keamanan
12-01-2017 Surabaya, beritasurabaya.net - Pertumbuhan pasar industri sistem keamanan di Indonesia terbesar di ASEAN. Ini didorong tingkat kriminalitas yang masih tinggi dan juga potensi pasar yang terbuka luas. Dengan pertumbuhan pasar industri tersebut tetap harus diimbangi dengan kualitas layanan yang juga ditingkatkan serta skill dari SDM di industri sistem keamanan. Hal ini ditegaskan Ketua Umum Asosiasi Industri Sistem Keamanan Indonesia (AISKINDO) Stefanus Ronald Juanto di sela pembentukan DPC AISKINDO Surabaya, Kamis (12/1/2017). Stefanus menjelaskan selama ini produk sistem keamanan yang ada di pasar Indonesia mayoritas produk impor dan di Indonesia hanya dilakukan perakitan. Produk diimpor dari Tiongkok, Taiwan, Korea, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Swedia. Hampir 50 persen didominasi dari Tiongkok. Yang dikhawatirkan adalah produk sistem keamanan harganya makin terjangkau terutama dari Tiongkok. Namun jika tidak mendapat pengawasan dan standarisasi produk yang masuk ke Indonesia, dengan harga terjangkau diikuti penurunan kualitas layanan. Stefanus mencontohkan produk CCTV harganya bisa berkisar di angka Rp 200 ribuan dan pasar ritel bisa menyerap pasar dengan baik. “CCTV ini adalah satu diantara produk sistem keamanan, yang tidak bisa berdiri sendiri tapi ada asesoris pelengkapnya. Jika tidak ada standarisasi yang bagus, dikhawatirkan kualitas layanan menurun,”tukasnya. Market CCTV sendiri, diakui Stefanus, bisa mencapai Rp 2 triliun per tahun dengan pertumbuhan dua digit. Di industri sistem keamanan, tidak hanya ada CCTV, tapi juga Alarm dan Access Control. Pasca Bom Bali I, produk sistem keamanan lebih banyak didominasi CCTV. Setelah tahun 2007, terjadi revolusi dimana produk juga dikonvergen dengan kontruki, sistem IT dan keberadaan Satpam. Dewan Penasehat AISKINDO, Darwin Lestari Tan, mengatakan tingkat kesadaran masyarakat terhadap sistem keamanan (security awareness) memang perlu ditumbuhkan secara terus menerus. Perlu diubah mindset-nya bahwa tugas mengamankan tempat kita adalah setiap anggota masyarakat sendiri. Industri sistem keamanan, kata Darwin, tidak pernah lepas dari 3C dan 1S yakni Computer, Communication, Consumer plus Security. Perkembangan industri sistem keamanan sangat di pesat dimana awalnya sistem keamanan hanya untuk kalangan profesional (seperti konsultan) dan sekarang sudah masuk ke pasar ritel (consumer). Mengenai komposisi penyerapan industri pasar sistem keamanan, Darwin mengatakan, cukup berimbang. Sampai saat ini, AISKINDO belum mempunyai data yang akurat. Darwin berharap dengan adanya AISKINDO ini, bisa melakukan pendataan yang akurat dan bisa lebih dipertanggungjawabkan. “Selain itu, kami ingin perijinan impor peralatan sistem keamanan dipermudah dan standarisasi bisa diberlakukan secara nasional sebab selama ini untuk standarisasi sebuah produk hanya berdasarkan penilaian konsultan saja,”ujarnya. Stefanus menjelaskan nantinya industri sistem keamanan ini juga akan diusulkan ke Pemerintah untuk masuk ke kurikulum pembelajaran di SMK. Di Inggris dan Australia, industri sistem keamanan menjadi satu diantara bidang studi yakni Security Sains. ”Ke depan, dengan usulan kurikulum ke SMK, para lulusan bisa siap bekerja dan ini juga akan membuka peluang kerja baru. Asosiasi juga akan memberikan pelatihan SDM sehingga kemampuan SDM di industri sistem keamanan semakin berkualitas,”tegasnya. Stefanus menambahkan DPP AISKINDO secara resmi telah dibentuk di Jakarta, 28 Desember 2016. Jumlah pengurus dan anggota sebanyak 45 orang. Sedangkan jumlah perusahaan sistem keamanan yang sudah bergabung sekitar 40 dan potensinya lebih dari 100 perusahaan. DPC Surabaya sendiri merupakan cabang yang pertama dibentuk oleh AISKINDO pusat. (noer soetantini) Teks foto : Kiri-kanan : Stefanus Ronald Juanto, produsen produk sistem keamanan dan Darwin Lestari Tan, saat menjelaskan satu diantara produk sistem keamanan pada media di Surabaya, di sela sosialisasi pembentukan AISKINDO Surabaya. Foto : Titin.
Comments (0)